Posts

Selamat Ulang Tahun dan Cepat Sembuh

14 Juli 2021, saya berulang tahun, seperti biasa tidak ada yang spesial, tidak ada kue berhias lilin angka. Meski demikian mendapat ucapan dari keluarga, kekasih, sahabat dan teman dekat adalah hal yang bisa menghibur saya pada hari itu. Ramai pesan dan doa di linimasa media sosial serta banjir foto-foto lama, sangat menyenangkan. Hmm banyak juga yang perhatian dan sayang kepada saya, mereka masih ingat saya. Yang terpenting dalam hidup dan membuat kita kian merasa hidup adalah saat keberadaan kita masih diingat oleh orang lain (dalam keadaan baik tentunya).  Ada yang berbeda di ulang tahun saya di tahun ini, saya diizinkan untuk merasakan sakit. Diminta bersabar dan merayakan ulang tahun dalam keadaan kurang sehat. "GWS ya!" "Semoga cepat sembuh" do'a yang terselip di sekian banyak ucapan ulang tahun saya. Sedih memang, ulang tahun tapi sakit. Ah, tidak apa! Biar cepat besar kalau kata orang dulu. Bagiku, ini bisa jadi penggugur dosa.  Sudah 4 hari saya merasak

Hidup dalam Semu; Versi Terbaik Diri Kita

Situasi yang sekarang ini terjadi di seluruh belahan dunia merupakan saat tersulit tuk dijalani. Pasalnya, kita keluar dari zona nyaman namun berusaha tuk tetap menjadi diri kita sendiri, memaksa kita hidup dalam kepura-puraan.  Banyak hal yang telah kita lakukan untuk membunuh rasa bosan dan kejenuhan selama melawan keadaan. Ada yang mendadak menjadi seorang yang senang memasak, jika biasanya lebih suka duduk di sebuah restoran dan menanti hidangan disajikan. Ada yang senang menonton series, jika biasanya tidak pernah selesai menyelesaikan habis 1 season. Ada yang tiba-tiba saja hobi berkebun dan menjadi seorang pakar tanaman. Saya sendiri membunuh waktu dan bosan dengan membaca buku meski pikiran melalang buana ke mana-mana, atau sekedar membuka media sosial untuk memastikan kehidupan teman-teman saya baik-baik saja, dan sibuk group call/videocall dengan sahabat meski saya merasa rindu tidak terobati dengan itu semua.  Semua kesibukan yang saya sebutkan hanya terjadi di minggu-minggu

Untitled

"Maaf aku tak bisa." Ucap Tara malam itu kepada sahabatnya, tepat saat mereka sampai di depan pagar rumah Tara. Hampir saja Tara menangis, jikalau Ia tak bergegas masuk ke dalam rumah. -- Malam itu, Tara dijemput Juna sepulang dari kantor. Seperti biasa, mereka mengganjal rasa lapar di warung tenda favorit mereka. Tak ada yang aneh, hanya saja sahabatnya itu lebih banyak diam dan Tara lebih banyak berkata-kata. Tara memang banyak bercanda dan lelaki itulah yang selalu sabar mendengarkan celotehnya. Tetapi kali ini tidak, seperti ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran sahabatnya.  Banyak teman kantornya yang menganggap bahwa Tara dan pria itu adalah sepasang kekasih karena hampir setiap sore ia dijemput olehnya. Mereka hanya teman, sahabat dekat lebih tepatnya. Tak pernah terpikir untuk menjadikannya hubungan ini lebih dari itu. "Aku nyaman denganmu. Aku ingin hubungan kita lebih dari teman, lebih dari sahabat." Ucap Juna, diperjalanan selepas dari warung ten

Malam Menjelang Sabtu

Di malam menjelang Sabtu Ada ritme hidup orang-orang Ada yang mendorong gerobak Dengan gembira riang Klakson ada berubah menjadi tangga nada Langkah-langkah lelah menjadi ringan Di malam menjelang Sabtu Semua budak bersuka Bercita-cita menghabiskan waktu Dengan ia yang sudah menunggu Atau ia yang memang ditunggu Di malam menjelang Sabtu Beberapa tak bersuka Tak dapatnya bersua Dengan sanak saudara Dengan ia yang dicinta Di malam menjelang Sabtu Ada robot pengatur jalan robot manusia mengatur robot berjalan Di malam menjelang Sabtu Kita tak  ingin Sabtu cepat berlalu. Sabtu, waktu itu. Di Sudirman. 

Dini Hari

Oleh Diah Ayuningtyas Aku pulang dalam lengang Jalan-jalan melebar  dan menjadi tak sabar Waktu terburu-buru Kota ini tertidur dalam mimpi Lampu jalan berbinar nanar Lampu kantor menyelesaikan tugasnya Sampah berserak disapu angin Tanaman melepas dahaga Terik tiba kembali kerontang Toko-toko tutup pukul dua Gelas kertas setengah kosong Beberapa masih setia menanti Kafein mengisi kantung-kantung mata. Hayam Wuruk, 01 Maret 2019 

Cerita Dapur Ibu

Sore menuju petang Ku hampiri dapur tempat Ibu bercerita dalam keseharian Ku lihat bawang dan air mata, cabai merah serupa hati di kala riang telur membulat dalam cangkang Berharap terpecah di atas api keputusan Aku mencari-cari hidangan malam ini Masih belum tersedia, dan kusadari Ibu telah renta Kutatap matanya sarat kejenuhan Asap dan api tungku membakar rambutnya Hitam menjadi abu  lalu menuju putih Ku buka almari pendingin Tak ada sayur-mayur serta lauk Terlalu jauh kaki Ibu melangkah Tanda ia terlampau lelah Sendok garpu saksi bisu Kecap dan saus berdiri diam Basin dan rak piring Semua mengering Bintaro, 10 September 2018

Catatan Pukul Satu

Di pukul satu Orang-orang melaju dalam tuju Di pukul satu Kurcaci kerdil-kecil Tutup jalan berkerikil Di bawah temaram bulan Di pukul satu Lampu-lampu berbicara Besi-besi bernyanyi Orang-orang tertidur Dalam terjaga Di pukul satu di laju yang sama Tuju yang berbeda Kurcaci dibayar lelah Menanti lampu  Berubah merah Di pukul satu Merah tak pernah ada Ibu tak henti bersolek Sedang cantik hanya milik Kepala-kepala penghias Kotak-kotak kaca. Jalan Sudirman, 26 Mei 2018.